Catatan menarik tentang terumbu karang di Kepulauan Selayar adalah masih banyaknya terumbu
Travelingcelebes.com, KABUPATEN SELAYAR - Sebagian besar dari kita mungkin sudah pernah melihat terumbu karang, baik snorkling (menyelam di laut) ataupun hanya melihat gambarnya saja di televisi. Bagi kita yang awam, apakah sudah sepenuhnya kita paham apa yang dimaksud dengan terumbu karang? Apakah ada perbedaan antara terumbu dan karang?
Terumbu dan Karang adalah berbeda. Terumbu benda mati, sementara karang benda hidup. Terumbu adalah partikel mati hasil metabolisme hewan karang. Partikel mati inilah yang kemudian mengeras selama puluhan, ratusan, bahkan jutaan tahun membentuk karang keras yang berfungsi sebagai ‘beton’ pelindung pantai. Sedangkan Karang merupakan binatang sederhana masuk dalam kategori hewan berbentuk folip dengan makanan utama plankton dan mengandalkan proses metabolisme tubuh melalui satu lubang. Lubang ini berfungsi sebagai pintu masuk sekaligus pintu keluar makanan. Lubang ini berfungsi sebagai pintu masuk sekaligus pintu keluar makanan.
Catatan menarik tentang terumbu karang di Kepulauan Selayar adalah masih banyaknya terumbu karang dengan keanekaragaman spesiesnya yang benar-benar memanjakan mata. Sejauh mata memandang hanya terlihat warna-warni alga, yang melapisi setiap karang. Bahkan, ikan-ikan hias berkeliaran bebas, seakan ikut menikmati keindahan kawasan pemukiman folip ini
Khusus untuk kerusakan terumbu karang yang terjadi di Kepulauan Selayar, Jajaran Polres Kepulauan Selayar bekerja sama dengan Balai Taman Nasional Takabonerate, Selayar Island Resort dan Lembaga Non Pemerintahan Sileya Scuba Diver (SSD) melakukan survey dan penelitian tentang kerusakan terumbu karang di beberapa titik / spot perairan Selayar.
Dari hasil survey dan penelitian yang dilakukan, Antropogenic atau prilaku manusia yang dengan sengaja melakukan pemboman atau pembiusan dengan sianida, atau menambang langsung karang ternyata merupakan penyebab kerusakan terumbu karang yang ada di Kepulauan Selayar. Selain itu, ancaman penyakit dan predator di dalam laut sendiri, ternyata ikut memberikan andil pada kerusakan terumbu karang. Ikan kepe-kepe, ikan burung kakatua, bintang laut, hingga bulu babi, adalah contoh para predator itu. Hasil akhir dari pengerusakan itu adalah hilang atau keluarnya zooxanthella, yang sebenarnya merupakan gudang beras bagi polip. Sehingga, polip kelaparan, memucat, lalu memutih, atau bleaching, lalu mati.
Dengan landasan berpikir tersebutlah Jajaran Polres Kepulauan Selayar telah memprogramkan Pembinaan Tradisi Bhayangkara tentang Kepedulian terhadap Lingkungan hidup yakni dengan membuat Prasasti Transplantasi Terumbu Karang bertuliskan “Bhayangkara 68” . Pulau Gusung Kepulauan Selayar. Jarak tempuh dari ibu kota kabupaten benteng dengan tempat tersebut yakni kisaran 20 menit dengan menggunakan kapal speed.
Menurut Kapolres Kepulauan Selayar AKBP Moh. Hidayat B, SH. SIK MH, Pertumbuhan karang cangkokan (transplantasi) yang sebelumnya pernah dilakukan di perairan Takabonerate cukup terlihat. Paling tidak lebih cepat dibandingkan karang, yang dibiarkan hidup secara alami. Proses rehabilitasi model transplantasi ini diawali, dengan memotong sebuah koralit karang. Setelah itu, karang ditempelkan dan diikat pada pipa paralon yang melekat di atas sebuah media terbuat dari campuran semen dan pasir (cor).
Menariknya lagi pulau gusung tersebut menarkan berbagai keindahan dasar laut seperti terumbu karang, ikan, dan biota laut lainnya. Temapt tersebut pun strategis dari ibu kota kabupaten dan akses pun sangat mudah hanya menyewa kjapal sebesar Rp 200 ribu dan sudah dilengakapi dengan alat-alat diving yang disediakn oleh komunitas diving yang handal yakni SSD (Sileya Scuba Diving).
Bila di darat ada hutan, maka di laut ada terumbu karang. Bila hutan menjadi pemasok oksigen terbesar dan paru-paru kehidupan di atas bumi, demikian juga dengan terumbu karang bagi kehidupan di laut. Sehingga, makin memutihnya terumbu karang akibat tangan-tangan kotor manusia, predator, atau pemanasan global, tentu saja menjadi kerugian yang teramat sangat. Karena, dampak akhirnya juga akan terasa pada manusia, yang bukan hanya kehilangan sumber ekologi, ekonomi, dan estetika, tapi sang pelindung kehidupan di daratan pun ikut lenyap.
Lebih daripada itu, manusia akan kehilangan kekayaan nan tak ternilai. Yakni, perncatat sejarah perjalanan bumi. Karena, ternyata bila sebongkah terumbu karang dibelah, maka akan mengungkap usia daratan di dekatnya, sekaligus catatan peristiwa alam yang pernah terjadi. Maka, sangat merugi, bila sang pelindung dan pencatat sejarah kehidupan bumi ini, hancur.
Terumbu dan Karang adalah berbeda. Terumbu benda mati, sementara karang benda hidup. Terumbu adalah partikel mati hasil metabolisme hewan karang. Partikel mati inilah yang kemudian mengeras selama puluhan, ratusan, bahkan jutaan tahun membentuk karang keras yang berfungsi sebagai ‘beton’ pelindung pantai. Sedangkan Karang merupakan binatang sederhana masuk dalam kategori hewan berbentuk folip dengan makanan utama plankton dan mengandalkan proses metabolisme tubuh melalui satu lubang. Lubang ini berfungsi sebagai pintu masuk sekaligus pintu keluar makanan. Lubang ini berfungsi sebagai pintu masuk sekaligus pintu keluar makanan.
Catatan menarik tentang terumbu karang di Kepulauan Selayar adalah masih banyaknya terumbu karang dengan keanekaragaman spesiesnya yang benar-benar memanjakan mata. Sejauh mata memandang hanya terlihat warna-warni alga, yang melapisi setiap karang. Bahkan, ikan-ikan hias berkeliaran bebas, seakan ikut menikmati keindahan kawasan pemukiman folip ini
Khusus untuk kerusakan terumbu karang yang terjadi di Kepulauan Selayar, Jajaran Polres Kepulauan Selayar bekerja sama dengan Balai Taman Nasional Takabonerate, Selayar Island Resort dan Lembaga Non Pemerintahan Sileya Scuba Diver (SSD) melakukan survey dan penelitian tentang kerusakan terumbu karang di beberapa titik / spot perairan Selayar.
Dari hasil survey dan penelitian yang dilakukan, Antropogenic atau prilaku manusia yang dengan sengaja melakukan pemboman atau pembiusan dengan sianida, atau menambang langsung karang ternyata merupakan penyebab kerusakan terumbu karang yang ada di Kepulauan Selayar. Selain itu, ancaman penyakit dan predator di dalam laut sendiri, ternyata ikut memberikan andil pada kerusakan terumbu karang. Ikan kepe-kepe, ikan burung kakatua, bintang laut, hingga bulu babi, adalah contoh para predator itu. Hasil akhir dari pengerusakan itu adalah hilang atau keluarnya zooxanthella, yang sebenarnya merupakan gudang beras bagi polip. Sehingga, polip kelaparan, memucat, lalu memutih, atau bleaching, lalu mati.
Dengan landasan berpikir tersebutlah Jajaran Polres Kepulauan Selayar telah memprogramkan Pembinaan Tradisi Bhayangkara tentang Kepedulian terhadap Lingkungan hidup yakni dengan membuat Prasasti Transplantasi Terumbu Karang bertuliskan “Bhayangkara 68” . Pulau Gusung Kepulauan Selayar. Jarak tempuh dari ibu kota kabupaten benteng dengan tempat tersebut yakni kisaran 20 menit dengan menggunakan kapal speed.
Menurut Kapolres Kepulauan Selayar AKBP Moh. Hidayat B, SH. SIK MH, Pertumbuhan karang cangkokan (transplantasi) yang sebelumnya pernah dilakukan di perairan Takabonerate cukup terlihat. Paling tidak lebih cepat dibandingkan karang, yang dibiarkan hidup secara alami. Proses rehabilitasi model transplantasi ini diawali, dengan memotong sebuah koralit karang. Setelah itu, karang ditempelkan dan diikat pada pipa paralon yang melekat di atas sebuah media terbuat dari campuran semen dan pasir (cor).
Menariknya lagi pulau gusung tersebut menarkan berbagai keindahan dasar laut seperti terumbu karang, ikan, dan biota laut lainnya. Temapt tersebut pun strategis dari ibu kota kabupaten dan akses pun sangat mudah hanya menyewa kjapal sebesar Rp 200 ribu dan sudah dilengakapi dengan alat-alat diving yang disediakn oleh komunitas diving yang handal yakni SSD (Sileya Scuba Diving).
Bila di darat ada hutan, maka di laut ada terumbu karang. Bila hutan menjadi pemasok oksigen terbesar dan paru-paru kehidupan di atas bumi, demikian juga dengan terumbu karang bagi kehidupan di laut. Sehingga, makin memutihnya terumbu karang akibat tangan-tangan kotor manusia, predator, atau pemanasan global, tentu saja menjadi kerugian yang teramat sangat. Karena, dampak akhirnya juga akan terasa pada manusia, yang bukan hanya kehilangan sumber ekologi, ekonomi, dan estetika, tapi sang pelindung kehidupan di daratan pun ikut lenyap.
Lebih daripada itu, manusia akan kehilangan kekayaan nan tak ternilai. Yakni, perncatat sejarah perjalanan bumi. Karena, ternyata bila sebongkah terumbu karang dibelah, maka akan mengungkap usia daratan di dekatnya, sekaligus catatan peristiwa alam yang pernah terjadi. Maka, sangat merugi, bila sang pelindung dan pencatat sejarah kehidupan bumi ini, hancur.
COMMENTS